Pengalaman Jemaah Naik Bus Shalawat: Setia Antarkan ke Masjidil Haram

131

KENDARIEKSPRES.COM – Menunaikan ibadah salat wajib maupun umrah di Masjidil Haram, menjadi impian seluruh umat Islam sedunia dengan upaya ingin meraih keberkahan dari Allah SWT. Hal ini tidak disia-siakan jemaah haji Indonesia yang berada di tanah suci hingga 40 hari.

Dalam setiap kesempatan, memanfaatkan waktu dari tempat penginapan ke Masjidil Haram, untuk tawaf mengelilingi Ka’bah, salat, umrah dan i’tikaf.

Memang menuju Masjidil Haram dari tempat penginapan jemaah Indonesia yang tersebar di lima wilayah, yaitu Mahbas Jin, Syisyah, Raudhah, Jarwal, dan Misfalah, tidak terlalu dekat atau ada yang berjarak 850 meter dan hotel terjauh berjarak 4.220 meter.

Namun tidak membuat surut keinginan jemaah haji Indonesia untuk salat di Masjidil Haram. Sebab, bus-bus Shalawat selalu ada menjemput dan mengantar jemaah dari dan ke Masjidil Haram.

Jemaah hanya cukup menunggu di depan hotel penginapannya, bus shalawat pasti akan berhenti untuk menampung jemaah ke Masjidil Haram. Ciri bus shalawat juga sangat mudah dikenali sehingga jemaah tidak perlu khawatir untuk salah jurusan. Karena di badan bus terlihat jelas tulisan Indonesia ukuran besar dan warna bendera merah putih.

Bus Shalawat (Dok. MCH 2022)

Tidak hanya itu saja, bus shalawat beroperasi selama 24 jam, sehingga jemaah yang baru kembali dari Masjidil Haram dini hari pun akan tetap bisa kembali ke hotel nya, begitu juga jemaah yang mau berangkat ke Masjidil Haram mengejar salat Subuh berjamaah.

Bus shalawat beroperasi pada lima sektor wilayah hotel jemaah haji Indonesia, dengan setiap sektor ditandai dengan stiker khusus. Yakni untuk wilayah pertama adalah Mahbas Jin dengan stiker warna putih dan menggunakan terminal Bab Ali dengan nomor 1. Wilayah ke-dua adalah Syisyah dengan stiker warna biru dan menggunakan terminal Syieb Amir dengan nomor 2.

Wilayah ke-tiga Raudhah dengan stiker warna hijau dan menggunakan terminal Syieb Amir dengan nomor 3. Serta wilayah ke-empat Jarwal dengan stiker warna hitam dan menggunakan terminal Syieb Amir dengan nomor 4. Wilayah ke-lima Misfalah dengan stiker warna cokelat dan menggunakan terminal Jiad dengan nomor 5.

Jemaah haji Indonesia naik bus shalawat (Dok MCH 2022)

Hadirnya bus shalawat untuk jemaah Indonesia yang disiapkan pemerintah, dirasakan jemaah haji Indonesia asal embarkasi KNO/Sumatera Utara, Umi Kalsum Siregar (58) sangat membantunya beribadah di Masjidil Haram. Ia yang menginap di hotel sektor 304, setiap harinya selalu shalat wajib di Masjidil Haram dengan menggunakan bus shalawat.

“Naik bus ini nyaman dan menyenangkan. Selalu ada kapanpun kita mau ke Haram. Tidak pernah terlambat. Karena kalau pergi nya cepat sampai ke Haram, tapi kalau pulang agak lama karena keliling ke hotel-hotel antar jemaah,” ujarnya saat dijumpai Media Center Haji (MCH), Selasa (19/7).

Dikatakan Umi Kalsum asal Kabupaten Tapanuli Selatan Sumut ini, ia selalu shalat wajib di Masjidil Haram meski tidak ada teman sekamar atau serombongannya.

“Kalau mau salat subuh, saya berangkat jam 3 pagi. Balik ke hotel nanti jam 7 pagi. Mau salat Ashar pergi lagi ke Haram, tawaf kemudian mengaji sampai selesai shalat Isya. Setelah itu kembali lagi ke hotel, makan malam dan istirahat,” ungkapnya.

Pengusaha tenun ulos Sipirok ini mengaku, tidak pernah merasakan kesulitan saat menunggu antrean bus shalawat menuju Haram atau kembali ke hotel. Tinggal menunggu sebentar di depan hotel, bus pasti lewat dan berhenti.

“InsyaAllah saya tidak takut pergi sendiri, yang penting saya hafal nomor bus dan terminalnya saat keluar dari Haram. Kalau niat kita baik, Allah pasti akan membantu. Selagi masih di tanah suci, maka harus dimanfaatkan dengan banyak beribadah di Masjidil Haram. Pemerintah sudah menyediakan sarana dan prasarana, jemaah sudah enak sekarang. Mau makan pun aman 3 kali sehari. Mau pergi ke Haram ada bus. Petugas baik-baik semua siap bantu kapanpun dibutuhkan, pokoknya jemaah dimanjakan sekali,” tuturnya.

Senada dikatakan Juliana Saragih, jemaah haji 2022 KNO/Sumut kloter 4 ini. Ia yang dijumpai di dalam bus menuju Haram mengatakan, pelaksanaan ibadah haji tahun ini berlangsung dengan sangat baik dan tertib. jemaah haji Indonesia mendapatkan fasilitas yang banyak dan diberi kemudahan salah satunya fasilitas angkutan.

“Alhamdulillah semua lancar, bus shalawat sangat membantu kami. Proses pengangkutan jemaah diatur dengan sangat baik, sehingga memudahkan jemaah untuk pulang pergi dr hotel ke Haram. Armada nya banyak dan kendaraan nya juga bagus serta nyaman,” kata Juliana yang sehari-hari sebagai guru di Kota Medan.

Pengalaman jemaah haji naik Bus Shalawat (Dok. MCH 2022)

Di setiap hotel, katanya ada pemberhentian dan pembagian bus juga sesuai dengan posisi dimana hotel jemaah berada. Belum lagi keberadaan petugas di lapangan sangat membantu mengarahkan jemaah yang suka bingung mencari bus setelah pulang dari Haram.

“Enak kali naik bis ini, nyaman, aman dan gratis. Semoga ditahun-tahun yang akan datang fasilitas ini bisa terus diadakan karena sangat membantu jemaah haji,” harapnya.

Petugas transportasi di Terminal Syieb Amir, M Zulkarnain Dausy mengatakan, banyak pengalaman yang berharga diterima nya khusus dalam berinteraksi dengan jemaah dan supir.

“Supir harus sering diingatkan untuk tidak terlalu lama di terminal, agar tidak terjadi antrian panjang jemaah di hotel. Untuk jemaah sering sekali ketinggalan barang bawaaannya, sehingga kami biasa letak di posko sektor khusus. Ada juga pernah kejadian jemaah yang mengalami gangguan kesehatan, pingsan setelah pulang dari Haram. Jadi bagaimana kita bergerak cepat menghubungi tim medis agar jemaah mendapatkan pertolongan,” cerita mahasiswa di Riyadh ini.

Dalam menghadapi cuaca panas yang ekstrim di Makkah, ia beserta tim harus pandai-pandai dalam mengatur waktu saat di lapangan.

“Utamanya harus jaga fisik karena cuaca panas. Alat pelindung diri juga selalu dipakai. Mengatur waktu kapan berdiri di terminal dan istirahat. Karena jemaah sering sekali membutuhkan bantuan baik saat menyebrang dari Haram ke terminal dan mengarahkan nomor bis yang diinginkan jemaah. Kami juga harus mengatur beroperasinya supir karena mendekati waktu shalat, kita beri waktu hingga 10 menit agar sopir bisa salat berjamaah di terminal atau di Haram,” imbuhnya. (suara)

Komentar Pembaca