SMPN 19 Kendari Terapkan Kurikulum Merdeka, Ajak Pelajar Jadi Kreatif
KENDARIEKSPRES.COM – SMPN 19 Kendari lolos seleksi dalam Program Sekolah Penggerak (PSP). Dengan demikian sekolah ini siap melaksanakan kurikulum merdeka pada 2023/2024.
Kepala SMPN 19 Kendari Wahid mengatakan, dari seluruh sekolah yang ada di Kendari ada empat yang lolos seleksi, yakni tiga sekolah negeri dan satu swasta. Sekolah-sekolah tersebut ialah SMPN 19 Kendari, SMPN 5 Kendari, SMPN 13 Kendari, dan SMPS Al-Qalam.
“Sekolah penggerak ini berlaku pada tahun ajaran 2023/2024. Sekolah yang dimaksud merupakan pelaksana kurikulum merdeka,” jelasnya di Kendari, Kamis (28/7/2022).
Kota Kendari sendiri, jelas dia, masuk angkatan tiga se-Indonesia untuk PSP di mana pelaksana akan mendapat intensif BOS Kinerja yang akan membantu proses kinerja kurikulum merdeka.
“Keuntungan lain yang diperoleh adalah guru – guru SMPN 19 Kendari mendapat bimbingan dari pusat terkait penerapan Kurikulum Merdeka,” ungkapnya.
Untuk diketahui, sambungnya, sekolah binaannya tersebut memang telah terpilih sebagai pelaksana Kurikulum Merdeka secara mandiri berbagi. Sehingga guru dituntut untuk mengembangkan perangkat – perangkat pembelajaran sesuai situasi dan karakter SMPN 19 Kendari.
Lebih lanjut Wahid mengatakan, dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka ini ada yang disebut intrakurikuler dan proyek. Pada proyek itu, pihaknya mengambil dua tema, salah satunya pembuatan dempok pisang untuk semester ini.
“Proyek tersebut akan berlangsung satu minggu dalam satu bulan. Jadi satu minggu siswa difokuskan untuk proyek, adapun yang terlibat ialah siswa kelas 7 dibimbing guru,” terang dia.
Sistemnya itu, dalam satu bulan, satu minggunya digunakan untuk proyek. Itu berjalan tiga minggu atau hingga bulan ketiga.
“Kenapa dempok pisang? karena kami di sini rencananya akan menanam pisang, namun untuk langkah awal kita akan beli dulu,” tutur Wahid.
Proyek ini, masih dia, bertujuan menciptakan profil pelajar Pancasila dalam hal ini beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa serta berakhlak mulia, mandiri, gotong royong, berpikir kreatif, kritis, dan kebhinekaan global.
“Tantangannya sendiri itu merubah mindset guru menjadi Kurikulum Merdeka, dalam artian guru tidak lagi jadi fokus utama dalam belajar mengajar namun pelajarlah yang harus aktif dan kreatif guru hanya membimbing,” pungkas Wahid. (bds/detik)