41 Tahun Harian Fajar, Ketika Pendiri Tidak “Turun Gunung” Lagi

189

Catatan: Syamsu Nur

H. Syamsu Nur

Tgl. 1 Oktober 2022, genap Harian Fajar berusia 41 tahun. Acara di Graha Pena lantai 4, dengan zikir dan doa. Dihadiri para karyawan. Acara sederhana namun dengan suguhan makan malam, kari kambing, membuat suasana menjadi akrab.

Inilah suasana Ulang tahun saat covid19 telah membuat perubahan. Tidak ada lagi artis menyanyi, tidak hadir juga para pejabat. Acara intern yang penuh hikmad dan suasana kebersamaan.

ULANG TAHUN DENGAN PARA JENDERAL

Pernah Harian Fajar berulang tahun di Hotel Sahid Makassar. Acara meriah dengan artis ibu kota. Hadir 8 jenderal Angkatan Darat, laut dan udara. Waktu itu Gubernurnya juga Jenderal. Yaitu Brigadir Jenderal Andi Oddang.

Itulah kenangan yang paling berkesan. Karena saat itu Harian Fajar termasuk koran terbesar di luar Jawa. Oplahnya mencapai 36.000 eksemplar yang terbit non stop dengan tebal 24 sampai 32 halaman. Saingannya di luar Pulau Jawa pada saat itu adalah Harian Waspada Medan.

Di Jawa Barat, Fajar bersaing dengan Harian Pikiran Rakyat Bandung. Khusus untuk koran terbesar di Jawa Barat itu saya P mendapat peringatan dari Dahlan Iskan, Bos Jawa Pos Group. “Ancu, jangan kalahkan Pikiran Rakyat”, begitu Dahlan Iskan dengan serius mengucapkan kepada saya. Memang Dahlan Iskan punya rasa hormat yang tinggi dengan para pemimpin Pikiran Rakyat, karena mereka adalah juga Pengurus teras di organisasi Pers, baik PWI maupun SPS. Karena misi Bisnis Fajar sudah merasa cukup maka kegiatan Fajar ikut terlibat dari kegiatan sosial. Aktif memberi bantuan dalam bencana Alam. Termasuk bencana zunami di Aceh dengan membangun sekolah dan Masjid. Begitu juga bencana Alam di Papua, dan daerah lainnya. Karena itu dibentuk Yayasan Kemanusian Fajar yang setiap saat ikut terlibat dalam kegiatan bantuan kemanusiaan.

BERHEMAT DI MASA KRISIS

Harian Fajar punya pengalaman menghadapi masa krisis. Sekitar tahun 1998, saat terjadi kenaikan harga minyak, telah berpengaruh kuat dalam bisnis koran. Harga bahan baku Percetakan ikut naik. Kertas, plate dan bahan Chemikal lain langsung naik. Kurs Dollar juga naik, dan membuat pembayaran cicilan mesin cetak yang dibayar dengan uang Dollar membuat banyak kesulitan.

Dalam kondisi demikian, para pendiri “turun Gunung.Dahlan Iskan dan Alwi Hamu dan saya menuju ke Ambon untuk membahas krisis ini. Di Hotel Ambon Manise kami berembuk. Dan keputusannya adalah melakukan penghematan total. Gaji Direksi dikurangi. Beberapa tunjangan dihapus. Tapi gaji karyawan tetap tidak ada pengurangan. Bahkan karyawan diberi tambahan tunjangan kinerja, bagi karyawan yang berhasil meningkatkan penjualan. Untuk redaksi ditambah dengan tunjangan profesi. Berita dan liputan yang menarik, khususnya liputan ekonomi, ditambah dengan tunjangan profesi.

Dalam kondisi demikian semangat karyawan tetap meningkat. Keputusan yang tidak populer  dilakukan, dalam masa krisis, harga langganan koran dinaikkan. Harga iklan tetap.

Keputusan lain yang diputuskan adalah penghematan biaya perjalanan yang tidak terlalu penting. Namun biaya perjalanan liputan berita tetap disiapkan. Bagian keuangan membuat anggaran realisasi yang proporsional, dan dilakukan dengan ketat. Biaya yang tidak masuk anggaran harus dirembukkan bersama dengan direksi apa memang penting atau tidak.

Suatu keputusan yang aneh untuk penghematan ini, adalah bagian iklan yang sebelumnya diwajibkan pakai dasi untuk melakukan kegiatan lobby, diminta dilepaskan. “Tidak usah pakai dasi” kata Dahlan Iskan. Bahkan pegawai dilarang pakai baju baru datang ke kantor. Stop dulu beli baju baru. Juga karyawan dilarang memperindah rumahnya. “Tidak usah dulu di cat pagar” begitu Dahlan Iskan mengingatkan. Kenapa ada perintah seperti itu?. Alasannya, supaya kita semua ini perihatin dengan kondisi sekarang.

Yang penting semangat penghematan harus dicerminkan bukan di kantor saja, tapi juga dilaksanakan di kehidupan sehari-hari kita.

Dan apa akibatnya, masa krisis kita lewati seakan terasa tidak ada krisis. Gaji lancar bahkan bonus tahunan tetap dibagikan. Oplah meskipun harga naik, tidak menurun, bahkan sedikit ada kenaikan. Kenapa? Karena produksi berita tetap menarik dan informasi yang disuguhkan memang dibutuhkan oleh masyarakat.

KONDISI COVID19

Kondisi ini memang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kondisi beda masalah. Apalagi ada serbuan media elektronik dan media sosial.

Biaya meningkat, juga biaya produksi. Sementara oplah menurun dan iklan berkurang.

Apa yang dilakukan direksi ? Para Pendiri tidak bisa turun gunung lagi. Para senior sudah berbeda pandangan menilai kondisi media saat ini. Media dulu yang kuat adalah media cetak. Saat ini media elektronik dan media on line tambah menjamur. Kebiasaan membaca anak muda sudah lebih berminat membaca di Handphone atau komputer.

Maka di ulang tahun ke41 Harian Fajar, tidak bisa lagi mengharap pendiri “turun gunung,” atau para senior bernasehat.

Kini, bagaikan ada dunia baru, suasana sudah berbeda. Dan hanya generasi milenial yang punya kemampuan mendalami.

Para penerus dan generasi muda, harus percaya diri. Mampu memutar otak. Kini waktunya para

Manajemen muda yang menentukan. Masih bisa bersama tim evaluasi dari manajemen group. Peluang sukses tetap ada, sepanjang ide-ide baru yang cocok dengan kondisi media masa kini dan ke depan bisa didalami dan dikuasai.

Selamat berulang tahun, semoga hari baik tetap akan setia menemani Harian Fajar dan kita semua. xxx

Komentar Pembaca