KENDARIEKSPRES.COM,- Ribuan warga Palestina mengambil bagian pada hari Senin dalam pemakaman Omar Yousef Manaa yang berusia 22 tahun, yang dibunuh pasukan ziois-‘Israel’ beberapa jam sebelumnya selama serangan militer di kamp pengungsi Dheisheh di Bethlehem.
Massa berbondong-bondong menuju Kamp Pengungsi Dheisheh membawa jenazah Manaa yang “tersenyum” sambil meneriakkan slogan-slogan marah dan mengibarkan bendera sebelum menuju ke Pemakaman Syuhada Bethlehem.
Dalam sebuah pernyataan kepada pers Senin pagi, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan bahwa enam warga Palestina terluka dan Omar Manaa gugur di Dheisheh oleh pasukan ‘Israel’ selama serangan sebelum fajar. “Tentara pendudukan menyegel kamp di pagi hari, dan tentara menuju ke rumah keluarga Omar untuk menangkap kakak laki-lakinya,” kata seorang teman Manaa yang tidak mau disebutkan namanya kepada The New Arab.
“Omar tidak ada di rumah saat tentara penjajah pergi dengan saudaranya ditangkap,” katanya. ” Anak-anak muda dari kamp pengusian mulai menghajar tentara zionis dengan batu saat mereka pergi, dan Omar bergabung dengan mereka.”
“Tentara dan pemuda itu saling berdekatan, dan Omar berada di depan ketika dia mendapat tembakan empat peluru di dada, dua peluru di tangan, tiga peluru di belakang dan gugur seketika,” tambahnya.
Media Zionis mengutip tentara penjajah yang mengklaim bahwa pasukannya telah menyerbu Dheisheh untuk menangkap tiga tersangka anggota Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) ketika warga Palestina melemparkan batu dan bom molotov, yang dibalas tembakan dan membunuh Manaa.
Manaa pernah menjalani hukuman di penjara ‘Israel’ dan dibebaskan dua tahun lalu. Dia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara, termasuk saudara laki-lakinya, yang ditangkap, dan seorang saudara perempuan.
“Omar memiliki kepribadian yang kuat, selalu suka tersenyum dan bercanda,” kata teman Manaa yang meminta untuk tidak disebutkan namanya kepada TNA saat pemakaman. “Dia adalah seorang pembaca yang baik dan sangat terlatih, selalu mengutip buku ketika dia berbicara.”
“Dia bekerja di toko roti di kamp dan menabung untuk memulai bisnisnya sendiri,” tambah temannya. “Dia juga sangat patriotik dan selalu berpartisipasi dalam semua acara nasional, demonstrasi, penyambutan tahanan yang dibebaskan dan pemakaman syuhada, dan semua orang di kamp mengenal dan menghormatinya.
“Keluarganya hancur,” kata temannya. “Orang tuanya terbangun dan menemukan satu putranya gugur, yang lain ditangkap, mereka masih dalam keadaan syok, begitu pula seluruh Kamp Dheisheh”.
Aksi pemogokan umum diumumkan di Betlehem pada hari Senin untuk mengenang Manaa, sementara Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh mengutuk pembunuhan ini. “Penjajah ‘Israel’ terus melakukan kejahatannya terhadap rakyat Palestina, memanfaatkan ketidakseimbangan standar hukum internasional dan kurangnya akuntabilitas,” kata Shtayyeh.
Manaa adalah warga Palestina ketiga dari Kamp Pengungsi Dheisheh yang dibunuh oleh pasukan ‘Israel’ sejak awal 2022 dan korban kesepuluh di Tepi Barat yang diduduki ‘Israel’ sejak pekan lalu. Hari hari Sabtu, pasukan penjajah juga membunuh Ammar Mufleh, berusia 23 tahun di tempat kosong di siang bolong di desa Huwarah di selatan Nablus.
Pada November, utusan khusus PBB untuk Timur Tengah, Tor Wenneslad, mengatakan bahwa 2022 mungkin menjadi tahun paling mematikan bagi warga Palestina sejak PBB mulai mendokumentasikan pembunuhan warga Palestina pada 2005. Pernyataan Wennesland muncul saat jumlah warga Palestina yang dibunuh oleh pasukan ‘Israel’ sejak awal tahun melebihi 207 orang. (Hidayatullah)