BRI Telah Berkontribusi 65,4% Inklusi Keuangan Indonesia

88

KENDARIEKSPRES, – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) berkontribusi 65,4% terhadap inklusi keuangan tanah air. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kontribusi BRI setara 107,5 juta nasabah (65,4%) dari 85,10% inklusi keuangan Indonesia.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan target inklusi keuangan hingga 2024 mencapai 90%, dan BRI menargetkan berkontribusi hingga 70% di antaranya. BRI pun menargetkan untuk menjadi Champion of Financial Inclusion pada 2025.

“Inklusi adalah kemakmuran maka kami diberikan penugasan (oleh pemerintah) untuk mengakselerasi inklusi keuangan,” ujar SUpari dalam keterangan tertulis, Senin (27/3/2023).

Untuk terus mengakselerasi inklusi keuangan, BRI akan terus berfokus pada visi memajukan peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), khususnya di mikro dan ultra mikro. Dengan begitu, peran mereka pun bisa lebih besar terhadap perekonomian tanah air.

Seperti diketahui, UMKM di Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga mencapai 62,55%, sedangkan terhadap total penyerapan tenaga kerja Indonesia mencapai 97,22%. Artinya, kondisi UMKM di tengah tantangan zaman secara tidak langsung berdampak terhadap perekonomian nasional.

Supari melanjutkan, jika ingin terus mengangkat UMKM menjadi kontributor perekonomian, maka semua pihak harus melakukan peningkatan kapabilitas pemberdayaan (empowerment) secara konsisten dan berkesinambungan terhadap para pelaku UMKM.

“Tentunya kalau kita mau terus mengangkat UMKM ini betul-betul jadi kontributor perekonomian kita, maka kita harus membangun kapabilitas di sektor tersebut. Kapabilitas empowerment, pemberdayaan,” jelasnya.

Selain itu, Supari menjelaskan, urgensi peningkatan kapabilitas pemberdayaan berkaitan dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang tak bisa dihindari, terlebih pasca pandemi Covid-19 dimana akses kegiatan menjadi lebih digital, termasuk akses pasar dan perbankan.

Di sisi lain, Supari menyebutkan, peningkatan kapabilitas pemberdayaan tak hanya sekadar akses pasar secara digital, setidaknya ada tiga tahap yang harus diperhatikan, yakni pertama adalah literasi dasar yang di dalamnya mencakup inklusi keuangan dan manajemen keuangan dasar.

“Mengajarkan orang untuk menyisihkan uang menabung saja itu masih berat sekarang. Bahkan di kelompok-kelompok tertentu, ultra mikro misalkan, menabung itu adalah sebuah prestasi. Jadi harus kasih hadiah, gitu kira-kira didorong,” terangnya.

Kedua adalah mendesain literasi bisnis. Dalam hal ini melalui peningkatan kapasitas manajerial, membangun legalitas atau kepatuhan, mengembangkan budaya inovasi, membentuk pemahaman industri dan pasar, hingga membentuk kepemimpinan dan pola pikir jangka panjang untuk meningkatkan skala usaha.

Dan ketiga adalah literasi digital kepada UMKM dengan tujuan go digital, go modern, dan go global. Kemudian dalam peningkatan kapabilitas pemberdayaan perlu juga kapabilitas pembiayaan. BRI dalam hal ini menjadikan pembiayaan bagian dari pemberdayaan.

“Oleh karena itu kita mencoba membangun sebuah desain pembiayaan dari mulai yang paling rentan dengan bantuan uang. Kebetulan kami (BRI) sering menyalurkan program-program pemerintah, seperti penyaluran bantuan cash sampai dengan yang komersial kita bangun,” imbuhnya. (CNBC)

Komentar Pembaca