Oleh: M Rizal Fadillah
Setelah di “pehape” jokowi bahwa Prabowo didukung, menggelinding kekuatan politik baru dengan sebutan Koalisi Besar terdiri dari Gerindra, PKB, PKB, Golkar, PPP dan PAN. Prabowo sumringah sebagai Capres dan Jokowi menjadi sentral figur Godfather.
PDIP menyatakan siap bergabung asal Capres koalisi dari PDIP. Tentu Prabowo tersenyum dengan “tekanan” ini. Ia telah sukses memenangkan posisi bahkan mungkin isu awal Prabowo-Puan akan bisa menjadi kenyataan. Bayangan hebat koalisi super besar akan terbentuk siap menghadapi siapapun, termasuk Anies Baswedan. Ganjar sudah dinilai nyungsep.
Tiba-tiba kejutan terjadi. Di Istana Batu Tulis Megawati mengumumkan bahwa Capres yang didukung PDIP adalah Ganjar Pranowo, figur yang selama ini dikecam dan disisihkan. Jokowi dengan terbirit-birit harus menghadiri pengumuman ini. Megawati mengambil alih posisi seperti sedang berkata “I’m gonna make him an offer he can’t refuse”–aku akan memberi tawaran padanya dan ia tidak bisa menolak.
Ucapan Don Corleone dalam “The Godfather” itu tentu membuat sang petugas partai Jokowi tergopoh-gopoh. Akibat lainnya adalah Prabowo menjadi bingung atas sikap Jokowi yang dengan cepat berpindah ke lain hati. Memang ia masih banyak kaki. Kini perkataan Don Corleone lain mungkin pas “I know it was you, Fredo. You break my heart. You break my heart”.
Sang Capres Prabowo akan melemah dengan pengumuman Ketum PDIP yang dihadiri Jokowi tentang dukungan Capres Ganjar Pranowo. Koalisi Besar nya besar kemungkinan berantakan. Konstelasi dengan cepat berubah. Megawati mungkin juga sedang berkata “just when i think i’m out, they pull me back in”–tepat saya berfikir saya keluar, tapi mereka menariknya kembali.
Prabowo bingung, pusing dan harus berfikir ulang. Akankah nekad ngotot untuk maju sebagai Capres dengan bayang bayang membuat rekor kekalahan terbanyak sepanjang sejarah. Berpasangan dengan Cak Imin. Atau siap menjadi Cawapres Ganjar Pranowo untuk mengenang Perjanjian Baru Tulis terdahulu ? Ini adalah pilihan sulit.
Persoalan berbeda dengan Batu Tulis terdahulu dimana Capres adalah Megawati sendiri sedangkan kini harus dengan Ganjar Pranowo yang dalam survey-survey, meski abal abal, selalu berada di bawah Prabowo.
Nampaknya, mengingat karakter Prabowo yang biasa inkonsisten yaitu galak di awal dan lembek di akhir, sangat mungkin ia akan siap menjadi Cawapres Ganjar. Untuk melawan Anies Baswedan.
Dengan adanya dukungan pada Ganjar Pranowo, sebenarnya justru posisi Anies Baswedan sebagai lawan politik akan semakin menguat. Jika pertarungan terbelah antara “istana” dan “rakyat” maka peluang rakyat untuk menang menjadi lebih besar. Perbandingan kualifikasi kepantasan menjadi Presiden Anies Baswedan jauh lebih unggul.
Tantangan Anies Baswedan kini adalah kemampuan untuk meningkatkan dan memperbesar gumpalan dari sekedar koalisi antar partai politik menjadi koalisi rakyat untuk perubahan.
Status quo Ganjar-Prabowo terpaksa harus berhadapan dengan semangat rakyat untuk perubahan politik atas rezim Jokowi yang korup, kolusif dan nepotis.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan